Haloperidol - Kegunaan, Dosis, dan Efek Samping
Haloperidol adalah antipsikotik generasi pertama. Haloperidol juga tersedia dalam bentuk Haloperidol Decanoate yaitu ester dari Haloperidol dan asam dekanoat yang umum digunakan sebagai depo.
Indikasi
Haloperidol digunakan untuk mengatasi skizofrenia, psikosis, dan sindrom Tourette. Pada anak-anak, Haloperidol juga dapat digunakan untuk mengatasi gangguan perilaku dan agitasi akut.
Dosis dan Aturan Pakai
Untuk mengatasi skizofrenia dan psikosis
Dosis dewasa
Untuk kondisi penyakit menengah, dosis sebesar 0,5-2 mg 2-4 kali sehari melalui oral.
Untuk kondisi penyakit berat, dosis sebesar 3-5 mg 2-4 kali sehari di awal terapi melalui oral. Dosis maksimal rute oral adalah 30 mg/hari.
Jika diberikan melalui rute intramuskular untuk aksi kerja cepat, dosis penggunaan 2-5 mg 3-6 kali sehari, bila perlu. Dosis maksimal rute intramuskular adalah 20 mg/hari.
Pemberian Haloperidol Decanoate melalui rute intramuskular sebagai depo dilakukan dengan dosis awal sebanyak 10-20 kali dari dosis harian rute oral dan diberikan selama 1 bulan sekali. Satu kali injeksi tidak boleh melebihi 100 mg. Jika perhitungan konversi dari dosis oral > 100 mg, Haloperidol Decanoate dapat disuntikkan sebanyak 2 kali injeksi (misalnya 100 mg disuntikan pertama, lalu suntikan kedua diberikan 3-7 hari kemudian). Dosis penjagaan (maintenance dose) diberikan sebanyak 10-15 kali dosis harian rute oral dan diberikan selama 1 bulan sekali.
Dosis anak-anak
Untuk anak usia < 3 tahun, keamanan dan efektivitas pemberian Haloperidol belum diketahui.
Untuk anak usia 3-12 tahun (berat badan 15-40 kg): 0,25-0,5 mg/hari dibagi menjadi 2-3 kali sehari melalui rute oral. Dosis dapat ditingkatkan 0,5 mg/hari tiap 5-7 hari bila perlu. Dosis penjagaan 0,05-0,15 mg/kgBB/hari 2-3 kali sehari melalui rute oral.
Untuk anak usia 6-12 tahun dapat diberikan injeksi intramuskular kerja cepat dengan dosis 1-3 mg 3-6 kali sehari bila perlu. Dosis maksimal tidak lebih dari 0,15 mg/kgBB/hari.
Untuk anak usia > 12 tahun dengan kondisi penyakit menengah, dosis awal sebesar 0,5-2 mg 2-3 kali sehari melalui oral. Jika kondisi penyakit serius, dosis sebesar 3-5 mg 2-3 kali sehari melalui oral dapat diberikan. Dosis maksimal sebesar 30 mg/hari.
Dosis lansia
Dosis awal perlu diturunkan dan dilakukan penyesuaian dosis secara bertahap. Dosis awal dapat diberikan sebesar 0,25-0,5 mg 2-3 kali sehari melalui oral. Untuk pemberian melalui rute intramuskular aksi kerja cepat, dosis perlu diturunkan dan interval pemberian perlu diperpanjang. Sebagai depo yang diberikan melalui intramuskular, dosis diberikan sebesar 10-15 kali dari dosis harian rute oral.
Untuk mengatasi sindrom Tourette
Dosis dewasa
Dosis sebesar 0,5-2 mg 2-3 kali sehari melalui oral. Jika mengalami gejala berat dan memerlukan dosis yang lebih tinggi, naikkan dosis secara perlahan sampai dengan 3-5 mg 2-3 kali sehari melalui oral. Jika keluhan pasien belum sepenuhnya terkendali, dosis harian sampai dengan 100 mg dapat diberikan (namun tingkat keamanannya belum diketahui).
Dosis anak-anak
Untuk anak usia < 3 tahun, keamanan dan efektivitas pemberian Haloperidol belum diketahui.
Untuk anak usia 3-12 tahun, dosis awal sebesar 0,5 mg/hari melalui oral. Dosis dapat ditingkatkan 0,5 mg tiap 5-7 hari sampai efek terapi dicapai. Kemudian turunkan dosis sampai ke dosis penjagaan terendah yang efektif sebesar 0,05-0,075 mg/kgBB/hari melalui rute oral (dibagi menjadi 2-3 kali sehari).
Untuk anak usia > 12 tahun, dosis awal sebesar 0,5-2 mg 2-3 kali sehari melalui oral. Jika mengalami gejala berat, tingkatkan dosis perlahan sampai dengan 3-5 mg 2-3 kali sehari melalui rute oral. Jika kondisi pasien belum terkontrol secara maksimal, dosis harian sampai dengan 100 mg dapat diberikan (namun tingkat keamanannya belum diketahui).
Dosis lansia
Dosis awal perlu diturunkan dan dilakukan penyesuaian dosis secara bertahap. Dosis awal yang diberikan sebesar 0,25-0,5 mg 2-3 kali sehari melalui rute oral.
Untuk mengatasi gangguan perilaku
Dosis anak-anak
Untuk anak usia < 3 tahun, keamanan dan efektivitas pemberian Haloperidol belum diketahui.
Untuk anak usia 3-12 tahun, dosis awal sebesar 0,5 mg/hari melalui oral. Bila perlu, dosis dapat ditingkatkan 0,5 mg tiap 5-7 hari sampai efek terapi dicapai. Kemudian turunkan dosis sampai ke dosis penjagaan terendah yang efektif sebesar 0,05-0,075 mg/kgBB/hari melalui rute oral (dibagi menjadi 2-3 kali sehari).
Untuk mengatasi agitasi akut
Dosis anak-anak
Untuk anak usia < 12 tahun, keamanan dan efektivitas pemberian Haloperidol belum diketahui.
Untuk anak usia > 12 tahun, dosis sebesar 0,5-3 mg melalui oral dan bila perlu dosis diulang dalam waktu 1 jam. Sebagai pilihan, dapat dilakukan penyuntikkan melalui rute intramuskular dengan dosis 2-5 mg dan bila perlu dosis diulang dalam waktu 1 jam.
Interaksi Obat
Haloperidol berinteraksi jika digunakan bersamaan dengan obat-obat dibawah ini sehingga perlu dilakukan alternatif pilihan terapi lainnya. Sampaikan kepada dokter obat selain Haloperidol yang sedang dikonsumsi untuk mencegah terjadinya efek interaksi obat.
Indapamide (Indapamida)
Haloperidol dan Indapamide keduanya saling meningkatkan interval QT. Kontraindikasi untuk digunakan bersamaan.
Amiodarone (Amiodaron), Amitriptyline (Amitriptilin), Chlorpromazine (Klorpromazin), Epinephrine (Epinefrin), Eribulin, Erythromycin (Eritromisin), Fluconazole (Flukonazol), Fluphenazine (Flufenazin), Formoterol, Hydroxychloroquine sulfate (Hidroksiklorokuin sulfat), Ketoconazole (Ketokonazol), Maprotiline (Maprotilin), Moxifloxacin (Moksiflokasin), Nilotinib, Octreotide (Oktreotid), Promethazine (Prometazin), Ribociclib (Ribosiklib), dan Trifluoperazine (Trifluoperazin)
Kombinasi antara salah satu obat-obatan tersebut dan Haloperidol saling meningkatkan interval QT. Hindari atau gunakan pilihan obat lainnya.
Apalutamide (Apalutamid), Carbamazepine (Karbamazepin), dan Phenytoin (Fenitoin)
Apalutamide, Carbamazepine, dan Phenytoin akan menurunkan kadar atau efek Haloperidol melalui pengaruh metabolisme enzim CYP3A4. Hindari atau gunakan pilihan obat lainnya.
Axitinib (Aksitinib) dan Ivabradine (Ivabradin)
Haloperidol meningkatkan kadar Axitinib dan Ivabradine dengan memengaruhi metabolisme enzim CYP3A4. Hindari atau gunakan pilihan obat lainnya.
Bromocriptine (Bromokriptin) dan Levodopa
Haloperidol menurunkan efek Bromocriptine dan Levodopa melalui antagonisme farmakodinamik. Hindari atau gunakan pilihan obat lainnya.
Chloramphenicol (Kloramfenikol) dan Lopinavir
Chloramphenicol dan Lopinavir akan meningkatkan kadar atau efek Haloperidol dengan memengaruhi metabolisme enzim CYP3A4. Hindari atau gunakan pilihan obat lainnya.
Citalopram (Sitalopram)
Citalopram akan meningkatkan kadar atau efek Haloperidol dengan memengaruhi metabolisme enzim CYP2D6. Hindari atau gunakan pilihan obat lainnya. Peningkatan risiko sindrom serotonin atau sindrom neuroleptik maligna dapat terjadi. Selain itu, kombinasi obat juga berpotensi menimbulkan risiko perpanjangan interval QT. Pemantauan EKG direkomendasikan.
Clarithromycin (Klaritromisin)
Clarithromycin dan Haloperidol keduanya saling meningkatkan interval QT. Hindari atau gunakan pilihan obat lainnya. Selain itu, Clarithromycin akan meningkatkan kadar atau efek Haloperidol melalui pengaruh enzim CYP3A4.
Dacomitinib (Dakomitinib) dan Fluoxetine (Fluoksetin)
Dacomitinib dan Fluoxetine akan meningkatkan kadar atau efek Haloperidol melalui pengaruh metabolisme enzim CYP2D6. Hindari atau gunakan pilihan obat lainnya.
Dopamine (Dopamin), Methyldopa (Metildopa), Pramipexole (Pramipeksol), dan Ropinirole (Ropinirol)
Obat-obatan tersebut menurunkan efek Dopamine melalui antagonisme farmakodinamik. Kontraindikasi digunakan bersamaan.
Doxepin (Doksepin)
Haloperidol akan meningkatkan kadar atau efek Doxepin melalui metabolisme enzim CYP2D6. Hindari atau gunakan pilihan obat lainnya. Doxepin dan Haloperidol keduanya meningkatkan interval QT.
Fentanyl (Fentanil)
Keduanya saling meningkatkan efek satu sama lain melalui sinergisme farmakodinamik. Hindari atau gunakan pilihan obat lainnya. Penggunaan bersamaan dengan depresan sistem saraf pusat, termasuk relaksan otot, dapat menyebabkan depresi pernapasan, hipotensi, sedasi yang mendalam, koma, dan/atau kematian. Pertimbangkan penurunan dosis dari salah satu atau kedua obat untuk menghindari efek samping yang serius. Perlu dilakukan pemantauan hipotensi, depresi napas, dan sedasi yang mendalam. Haloperidol juga akan meningkatkan kadar atau efek Fentanyl melalui metabolisme enzim CYP3A4.
Olaparib
Haloperidol akan meningkatkan kadar atau efek Olaparib melalui pengaruh metabolisme enzim CYP3A4. Hindari atau gunakan pilihan obat lainnya. Jika tidak bisa menghindari kombinasi obat, kurangi dosis Olaparib menjadi 150 mg 2 kali sehari melalui oral (untuk bentuk sediaan Olaparib tablet).
Ondansetron
Haloperidol dan Ondansetron keduanya meningkatkan interval QT. Hindari atau gunakan pilihan obat lainnya. Pemantauan EKG diperlukan.
Sufentanil
Keduanya saling meningkatkan toksisitas satu sama lain melalui sinergisme farmakodinamik. Hindari atau gunakan pilihan obat lainnya. Penggunaan bersamaan obat dapat menyebabkan hipotensi, sedasi berat, depresi nafas, koma, dan kematian. Batasi dosis dan durasi pemakaian seminimal mungkin. Pantau secara seksama tanda depresi nafas dan sedasi.
Efek Samping
Efek samping yang bisa muncul setelah penggunaan Haloperidol adalah gejala ekstrapiramidal seperti akatisia, distonia, kaku otot, sindrom neuroleptik maligna, parkinsonisme, dan tardive dyskinesia. Efek samping yang umum terjadi adalah efek antikolinergik, sedasi, kenaikan berat badan, disfungsi ereksi, dan oligomenorea/amenorea. Efek samping yang kurang umum terjadi adalah hipotensi orthostatic (setelah injeksi intramuskular), takikardia, agitasi, kecemasan, edema serebral, depresi, pusing, euforia, sakit kepala, insomnia, gelisah, melemah, kebingungan, anoreksia, konstipasi, dispepsia, ileus, penurunan refleks muntah, dan kekeruhan mata pada penggunaan jangka panjang. Efek samping yang tidak umum terjadi adalah perubahan EKG, fotosensitif, pruritus, diare, diskrasia darah, dan galaktorea. Efek samping yang jarang terjadi adalah kejang, penyakit kuning, dan priapismus.
Efek samping tidak selalu terjadi pada semua orang yang mengonsumsi Haloperidol. Namun, jika dirasa efek samping timbul setelah mengonsumsi Haloperidol, segera konsultasikan pada tenaga kesehatan.
Kontraindikasi
Haloperidol tidak dapat diberikan pada pasien yang diketahui hipersensitif (alergi) pada Haloperidol, pasien dengan depresi sistem saraf pusat berat atau mengalami koma, penyakit Parkonson, dan demensia dengan Lewy bodies (DLB).
Perhatian
Antipsikosis sebaiknya digunakan dengan hati–hati pada pasien dengan gangguan hati, gangguan ginjal, penyakit kardiovaskular, penyakit parkinson (dapat diperburuk oleh antipsikotik), epilepsi (dan kondisi yang mengarah ke epilepsi), depresi, miastenia gravis, hipertrofi prostat, atau riwayat keluarga atau individu glaukoma sudut sempit. Perhatian juga diperlukan pada penyakit saluran napas yang berat dan pada pasien dengan riwayat jaundice atau yang memiliki riwayat diskrasia darah (Lakukan hitung darah jika timbul infeksi atau demam yang tidak diketahui penyebabnya).
Antipsikotik sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada pasien lansia, terutama yang rentan terhadap hipotensi postural serta hipertermi atau hipotermi pada kondisi cuaca yang sangat panas atau dingin. Pertimbangan serius sebaiknya diberikan sebelum meresepkan obat ini pada pasien lansia. Fotosensitisasi dapat timbul pada dosis yang lebih tinggi, pasien sebaiknya menghindari paparan sinar matahari langsung.
Obat antipsikotik mungkin dikontraindikasikan pada keadaan tidak sadar (koma), depresi susunan saraf pusat, dan feokromositoma.
Mengantuk dapat mempengaruhi kemampuan dalam mengoperasikan sesuatu (misal mengemudi atau menjalankan mesin), terutama pada awal terapi, dapat meningkatkan efek alkohol.
Penghentian obat antipsikotik setelah terapi jangka panjang sebaiknya dilakukan secara bertahap dan diawasi secara ketat untuk menghindari risiko sindroma putus obat yang akut atau kekambuhan yang cepat.
Ibu Hamil dan Menyusui
Tidak ada studi terkontrol yang baik pada ibu hamil. Sebagian besar antipsikotik lebih baik dihindari selama kehamilan, kecuali jika sangat diperlukan. dan disarankan untuk berhenti menyusui selama menjalani pengobatan.
Kategori obat untuk ibu menyusui:
Haloperidol bisa diekskresikan di ASI. Disarankan untuk berhenti menyusui selama menjalani pengobatan.
Penyimpanan
Simpan Haloperidol di suhu ruang, jauhkan dari sinar matahari, dan jauh dari jangkauan anak-anak.
Ketersediaan Haloperidol di Indonesia
Bentuk sediaan: Cairan injeksi, drop (tetes), tablet, tablet salut selaput, dan kaplet.
Rute penggunaan: Intramuskular (cairan injeksi) dan oral (drop, tablet, tablet salut selaput, dan kaplet).
Golongan obat: obat Psikotropika (logo obat psikotropika sama dengan obat keras)
Contoh nama obat:
- Haloperidol Cairan Injeksi 5 mg/ml
- Lodomer Cairan Injeksi 5 mg/ml
- Haldol Decanoas (Haloperidol Decanoate) Cairan Injeksi 50 mg/ml
- Lodomer Drops 2 mg/ml
- Haloperidol Tablet 0,5 mg
- Upsikis Tablet 0,5 mg
- Haloperidol Tablet 1,5 mg
- Dores Tablet 1,5 mg
- Lodomer Tablet Salut Selaput 2 mg
- Haloperidol Tablet/Tablet Salut Selaput 5 mg
- Lodomer Tablet Salut Selaput 5 mg
- Dores Kaplet 5 mg
Keterangan:
Contoh nama obat generik bermerek dipilih secara acak, hanya ditujukan untuk mempermudah pemberian contoh obat, serta tidak disponsori oleh pihak manapun. Untuk informasi nama produk lainnya, dapat dilihat di www.cekbpom.pom.go.id.
Referensi:
- Medscape. 2021. Haloperidol (Rx). Diakses melalui https://reference.medscape.com/drug/haldol-decanoate-haloperidol-342974#6 pada tanggal 04 Agustus 2021 pukul 13.30 WIB.
- Pusat Informasi Obat Nasional Badan Pengawas Obat dan Makanan (PIONAS BPOM). 2021. Haloperidol. Diakses melalui http://pionas.pom.go.id/monografi/haloperidol pada tanggal 04 Oktober 2021 pukul 13.30 WIB.
Tidak ada komentar: