IYPG Virtual Summit 2021 Experience (Part 2/3)




Hari kedua IYPG Virtual Summit, 16 Januari 2021, dibuka dengan sambutan oleh Presiden IYPG PP IAI 2020–2022 dan opening keynote dari Ibu Diah Saminarsih, Senior Advisor on Gender and Youth to the WHO DG dan Dewan Pembina CISDI. Bu Diah menyampaikan keynote dengan tema Youth on the Move. Di saat beliau menyampaikan opening keynote ini, aku menjadi terinspirasi untuk bisa melakukan aksi atau kegiatan positif yang bisa bermanfaat untuk orang lain.

Saat ini dengan adanya pandemi Covid-19, satu nyawa menjadi hal yang sangat berarti. Banyak sektor yang terdampak akibat kondisi pandemi, termasuk sektor kesehatan. Hampir setiap negara (90%) mengalami gangguan pada layanan kesehatan, dimana negara dengan penghasilan rendah dan menengah mengalami kondisi kesulitan yang terbesar. Segmen kesehatan yang paling mengalami gangguan akibat adanya pandemi Covid-19 adalah layanan imunisasi – layanan outreach (70%) dan facility-based services (61%), diagnosis dan terapi Penyakit Tidak Menular (PTM) (69%), Keluarga Berencana (KB) dan kontrasepsi (68%), terapi untuk gangguan kesehatan mental (61%), serta diagnosis dan terapi kanker (55%). Dampak dari Covid-19 ini juga dialami oleh perempuan dan anak-anak. Tidak hanya dampak penurunan kesehatan, melainkan jugamuncul dampak peningkatan kekerasan pada perempuan dan menurunnya perekonomian

Setelah opening keynote dari Bu Diah Saminarsih, masuklah ke sesi pertama yang terdiri dari dua seminar dan dilanjutkan dengan penganugerahan IYPG Award. Dua seminar yang ada pada sesi pertama membahas tentang International Pharmaceutical Federation Young Pharmacists Group (FIP YPG) dan IYPG. Topik FIP YPG disampaikan oleh dua orang FIP YPG President yang masing-masing menjabat di tahun 2020 dan 2021. Sedangkan topik IYPG disampaikan oleh tiga orang IYPG President terdahulu. Kalau berdasarkan posisinya, IYPG berada di bawah PP IAI. Sedangkan pada tingkat internasional, ada FIP YPG yang berada di bawah FIP. 

Jika kita menjadi anggota FIP YPG, ada beberapa hal yang bisa didapat seperti international network; kepemimpinan; solidaritas; kesempatan untuk berkembang, terlibat, dan melakukan aksi; serta tentunya bisa mendapatkan informasi-informasi terkini tentang dunia kefarmasian. Untuk menjadi anggota FIP YPG, apoteker muda yang berusia kurang dari 35 tahun terlebih dahulu harus mendaftar menjadi anggota FIP melalui link ini. Oh iya, ada annual fee yang harus dibayarkan untuk menjadi anggota FIP YPG. Biaya pendaftaran bisa berbeda untuk masing-masing negara. Untuk Indonesia, biaya pendaftaran anggota sebesar € 60 untuk apoteker dan € 30 untuk mahasiswa farmasi. In my opinion, the annual fee is a little bit pricy but maybe because of the many things we can get when we become a member of FIP YPG and FIP. Hopefully in the future, there will be a collaborative project between FIP YPG and IYPG.

(Logo FIP YPG. Sumber: Website FIP)

Di sesi kedua hari pertama, acara dilanjutkan dengan dua workshop dan ditutup dengan talk show. Workshop pertama membahas tentang soft skill yang disampaikan oleh Bapak Kevin Ben Laurence sedangkan materi workshop kedua membahas tentang financial planning yang disampaikan oleh Bapak apt. Cahyono S. Dewo. For your information, Bapak apt. Cahyono S. Dewo ini adalah seorang apoteker yang bekerja sebagai Business Regional Head BRI Life, loh! Untuk talk show-nya ada dua narasumber yaitu apt. Wahyudi Anggoro (Lurah Desa Panggungharjo) dan Kak Klaudia Ida-Awusi (owner AKAR), yang membahas tentang mengejar karir dalam bidang entrepreneurship.


Dari jaman ospek kuliah, sudah sering banget dengar tentang hard skills dan soft skills yang harus seimbang. Kalau waktu kuliah, hard skills bisa dicontohkan dengan kemampuan atau ilmu yang kita dapat saat belajar di kelas sedangkan soft skills direpresentasikan dengan kemampuan kita untuk melakukan hal-hal diluar ilmu eksakta seperti contohnya ilmu organisasi, networking, management, dan lain sebagainya. Ketika lulus menjadi seorang apoteker, pastinya kita akan berpraktik dan menerapkan hard skills yang telah kita dapat. Namun soft skills juga menjadi salah satu jenis kemampuan yang tidak kalah penting untuk bisa menghasilkan kinerja yang maksimal. 


Soft skills dapat dibagi menjadi dua macam yaitu keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal soft skills) dan keterampilan dalam mengatur diri sendiri (intrapersonal soft skills). Contoh dari interpersonal soft skills adalah komunikasi efektif, kerja sama tim, inisiatif, serta mampu mengorganisir dan merencanakan sesuatu. Sedangkan contoh dari intrapersonal soft skills adalah long-life learning, berpikir secara kritis, menganalisis dan mensintesis informasi, serta mampu memecahkan masalah. Munculnya soft skills dalam berperilaku/behaviour dapat dilatarbelakangi oleh adanya nilai (value), kepercayaan (belief), dan kebiasaan (habits) yang dilakukan oleh seseorang. Intinya, soft skills yang baik bisa kita dapat jika kita mau untuk berlatih dan menjadikan diri kita berusaha untuk mencapai soft skills yang kita inginkan. 


"If it is important to you, you will find a way. If not, you'll find an excuse" - Ryan Blair


"If you want something you have never had, you must be willing to do something you have never done" - Thomas Jefferson


So overwhelming quotes, right?


And next is the workshop topic that attracted me to join IYPG Virtual Summit 2021 …. Financial Planning for Pharmacist!


Dalam mengelola keuangan, penting untuk kita melakukan perencanaan apa yang kita butuhkan di masa depan. Berdasarkan piramida keuangan, terdapat lima macam tingkatan yang dimulai dari tingkat terbawah yaitu cash flow, manajemen kredit, dan dana darurat hingga sampai ke tingkat tertinggi yaitu distribusi kekayaan yang bisa berupa warisan dan hibah.

(Gambar piramida tingkat keuangan)

(Tabel Financial Check-Up)


  • Untuk mengetahui apakah kondisi cash flow kita baik, kita dapat melakukan financial checkup menggunakan tabel balance sheet dan cash flow management. Kemudian kita bisa menentukan financial ratio dari data yang kita buat di balance sheet dan cash flow management. Financial checkup ini bisa kita lakukan secara rutin misalnya tiap 1 tahun sekali.
  • Memanajemen risiko dapat dilakukan dengan cara menghadapi risiko, menghindari risiko, mengurangi risiko, dan/atau memindahkan risiko.
  • Setelah melewati dua tingkat dari kelompok keamanan keuangan (cash flow dan manajemen risiko), selanjutnya kita bisa masuk ke dalam kelompok kenyamanan keuangan yaitu investasi dan dana hari tua. Instrumen investasi dapat berupa deposito, obligasi, saham, ataupun produk turunannya yaitu reksadana. Instrumen ini dapat dipilih berdasarkan analisis tingkat risiko investasi yang bisa kita terima. Target pencairan investasi lebih baik disesuaikan sampai dengan jangka waktu untuk tujuan kebutuhan tertentu, bukan hanya berdasarkan jumlah laba yang didapatkan. Hal ini dilakukan untuk mengatasi atau menghadapi inflasi yang muncul dalam waktu panjang.
  • Tingkat tertinggi dari piramida keuangan adalah distribusi kekayaan. Pembagian harta waris dapat dilakukan berdasarkan hukum waris perdata, adat, islam, atau cara pembagian lainnya.

Hari kedua
IYPG Virtual Summit 2021 ditutup dengan talk show yang mengangkat topik mengejar karir dengan wirausaha. Sesuai dengan salah satu peran apoteker yang terkandung dalam 9 stars pharmacist, apoteker juga dapat berkecimpung dalam dunia wirausaha. Wirausahawan adalah seseorang yang mengatur dan menjalankan bisnis, serta berani untuk menerima risiko finansial yang lebih besar. Bisnis yang dijalankan oleh apoteker dapat berupa bisnis yang berkecimpung di dalam ataupun di luar dunia kefarmasian. Seperti dua narasumber yang diundang dalam talk show ini, Pak Wahyudi dan Kak Klaudia juga bisa sukses dengan mengembangkan karir di luar dunia kefarmasian. Poin penting yang harus kita lakukan adalah tekun, berinovasi, serta dapat tetap bahagia ketika menjalani kegiatan tersebut.

Tidak ada komentar: